MAKALAH
Tak Kenal Maka Tak Sayang
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Filsafat Ilmu Pendidikan Matematika
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, M. A.
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, M. A.
Disusun
Oleh :
Ricky
Antonius Leohani (15709251048)
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016
A.
PENDAHULUAN
Apa
itu filsafat? Penting kah? Apa “sih” yang mau kita pelajari? Buku-bukunya
ribet, memutarbalikkan fakta. Ga ada hubungannya deh sama matematika. Ilmu yang
tidak penting. Yaa… itu adalah opini, ungkapan, dan pertanyaan yang ada di
pikiran saya ketika akan belajar ilmu filsafat di UNY. Sejujurnya pada awalnya
saya menganggap filsafat adalah salah satu ilmu yang kurang menarik karena
tidak ada hubungannya dengan materi pendidikan matematika. Tapi.., benarkah itu
semua?
Pertemuan
perdana dalam perkuliahan filsafat sedikit memberikan warna yang berbeda dalam
pandangan saya. Berawal dari cara unik masuknya Pak Dosen ke dalam kelas yang
membawa filosofi pintu, kemudian gaya berbicara beliau yang lucu, kepercayaan
diri yang tampak ketika beliau meminta
pertanyaan dari kami, dan cara beliau menjawab segala macam pertanyaan
dari kami membuat saya merasa kagum kepada beliau. The first impression is
awesome, saya menjadi tertarik untuk mengenal filsafat lebih dalam. Teringat
nasihat dosen saya S1 dulu, Beliau mengatakan First impression kepada
siswa sangatlah penting, karena hal itu akan mempengaruhi motivasi belajar
siswa kedepannya. Buat lah siswa senang kepada mu (guru) terlebih dahulu, maka
selanjutnya siswa akan senang terhadap pelajaranmu. Okaay…. That’s true!
Selama
kurang lebih 4 bulan saya dan teman-teman berdinamika bersama dalam pembelajaran
filsafat. Proses pembelajaran yang kami terima selalu dinamis, tampaknya beliau
merupakan musuh dari monotonisme. Dalam pembelajaran yang kami alami, kami
tidak hanya diajari bagaimana mensintesis suatu ide, namun juga diajari
bagaimana memunculkan antithesis dari ide tersebut, sehingga pada akhirnya
menjadi retorika dalam pikiran kami. Di setiap pertemuan kami selalu diminta
untuk memberikan pertanyaan kepada beliau, dan yang saya amati topik
pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin lama semakin berkembang , membahas
hal-hal yang sebetulnya saya sadari namun tidak terpikir untuk ditanyakan. Nama
beliau adalah Marsigit.
B.
REFLEKSI FILSAFAT
Filsafat…
Apa itu filsafat? Filsafat adalah ilmu tentang pola pikir. Oh.. pola
pikir..,terus apa yang dipikir? Sumber-sumbernya? Bagaimana logikanya? Menurut
siapa? Kapan? Dimana? Bagaimana tatacaranya? Etiknya ? estetikanya? Jawabannya
adalah apa saja, karena untuk filsafat sendiri sebetulnya terdiri dari 3
bagian, yakni ontology yang merupakan hakekat, epistomologi yang merupakan
metodologi, dan estetika yang merupakan pemikiran kepantasan, benar atau salah,
baik atau buruk. Sedangkan untuk materi belajarnya tidak terbatas, sebab
materinya adalah segala hal yang berada dalam alam semesta. Disanalah ruang dan
laboratoriumnya. Terkadang saking luasnya filsafat itu, manusia bisa kehilangan
arah dan mendekati batas-batas spiritual mereka. Untuk itu dalam belajar
filsafat, manusia harus mengokohkan kembali pagar spiritual mereka.
Menurut
Immanuel Kant, Prinsip berpikir filsafat di dunia ada dua yakni Prinsip
Kontradiksi yaitu predikat tidak akan pernah sama dengan subjeknya, sebagai
contoh rambut hitam, sampai kapanpun hitam itu tidak akan sama dengan hitam.
Sebab hitam adalah predikatnya dan rambut adalah subjeknya. Jika rambut adalah
wadah, dan hitam adalah isi maka sebenar-benar hidup adalah interaksi antara
wadah dan isi secara filsafat. Kemudian prinsip berikutnya adalah Hukum
identitas. Coba kita lihat apakah A=A ? Mungkin jika kita lihat dari sudut
pandang matematika jawabannya adalah YA tetapi dalam filsafat jawabannya TIDAK.
Menurut filsafat A tersebut berbeda satu sama lain sehingga terdapat 2 A, A
yang pertama yang duluan di ucapkan sedangkan A kedua yang diucapkan
belakangan. Jadi A ≠ A karena berbeda ruang dan waktunya, sebab filsafat
perduli akan ruang dan waktu.
Filsafat
sendiri bukanlah suatu hal yang pasti dan jelas, bukan seperti matematika yang
mempunyai 1 jawaban pasti. Ilmu matematika memproses bagaimana hal yang
berantakan dan jelas menjadi sesuatu yang rigid dan jelas. Beda dengan ilmu
filsafat yang mana merubah sesuatu yang sudah jelas menjadi hal yang abstrak
dan tidak jelas. Maka dari itu dibutuhkan ketekunan dalam mempelajari ilmu
filsafat.
Meskipun
matematika berbeda dengan filsafat, namun bukan berarti tidak terdapat kesamaan
antara matematika dan filsafat. Persamaan maatematika dan filsafat ini terletak
dalam hal aritmatika dan geometri. Aritmatika adalah waktu dan geometri adalah
ruang. Sedangkan yang lainnya adalah
gabungan atau kombinasinya saja. Menurut filsafat, matematika yang turun ke
bumi menjadi program komputer. Hal ini mengingatkan saya ketika mempelajari
makul pemrograman dulu ketika kuliah S1. Saya memakai program pascal. Terdapat
banyak penggunaan rumus dan coding disana. Salah satunya ketika memakai program
perulangan (Repeat..until…) A = A + 1, dimana program akan diulang terus sampai
syarat until terpenuhi. Ini menunjukkan A diruas sebelah kiri berbeda dengan A
diruas sebelah kanan, yang berarti dalam filsafat berbeda ruang dan
waktunya.
Setelah
sedikit mengenal apa itu filsafat dan prinsip berpikirnya, kita akan mengenal
objek filsafat. Objek filsafat terbagi menjadi dua yaitu yang ADA dan yang MUNGKIN ADA. Definisi ada dan mungkin ada sendiri sangat bergantung
bagi siapa hal itu diperuntukkan. Ada bagi saya belum tentu ada bagi dirimu,
ada ada bagi dirimu belum tentu ada bagi saya, ada ku bisa jadi mungkin ada
bagimu, ada mu bisa jadi mungkin ada bagiku, dan bisa juga, ada untukku ada
juga untuk dirimu. Contoh kenangan sedih si A, itu merupakan “HAL” yang ADA bagi Si A namun tidak ADA
bagi Si B. Namun ketika Si A menceritakan kenangannya kepada si B, “HAL” tersebut menjadi ada bagi si B.
Manusia
memang dilahirkan untuk tidak mengetahui semuanya, sebab dari KETIDAKTAHUAN itu lah tercipta
kehidupan. Apabila manusia diberi anugrah mengetahui segalanya, maka manusia
itu tidak akan bisa hidup.
BAYANGKAN jika
manusia mengetahui kapan mereka akan menangis , apa yang akan membuat mereka
menangis, kapan mereka mendapatkan kebahagiaan, apa yang akan membuat mereka
bahagia. Apa hal itu akan menjadi “kesedihan”
bagi mereka? apa hal tersebut masih bisa disebut “kebahagiaan” untuk mereka? Apa ini masih bisa disebut dengan
“kehidupan”?
KETERBATASAN
manusia dalam segala hal juga termasuk sebuah anugrah Tuhan untuk menikmati
kehidupan. BAYANGKAN jika manusia
bisa MENDENGAR semua frekuensi
suara, manusia akan terganggu dengan berbagai bunyi yang seharusnya tidak
mereka dengar, contoh frekuensi antenna semut, gelombang radio, gelombang
jaringan telekomunikasi, dll. Apa bisa manusia menikmati kehidupannya? Apa itu
masih bisa disebut dengan “hidup”?
Jadi
untuk hidup dan menikmati kehidupannya, Manusia dianugrahi oleh TUHAN karunia KETIDAKTAHUAN dan KETERBATASAN. Manusia memang tidak sempurna dan tidak akan pernah
menjadi sempurna, manusia hanya bisa berusaha untuk mencapai sempurna. Sebab
pada dasarnya KESEMPURNAAN itu adalah
milik Tuhan Yang Maha Esa.
Dari
KETIDAKTAHUAN dan KETERBATASAN itu seringkali manusia
dihadapkan kepada posisi dimana ia harus memilih mengambil HAL YANG SULIT atau HAL YANG
MUDAH. Seringkali kita orang yang mengambil “HAL YANG MUDAH” dianggap orang yang suka mengambil jalan pintas,
tidak mau berjuang , tidak mau berkembang, nyaman di zona aman, bodoh, motivasi
kurang , dsb. Sedangkan orang yang lebih memilih HAL YANG SULIT dianggap
sebagai orang yang memiliki semangat juang tinggi, mau berkembang, cerdas,
motivasi tinggi, mau meningkatkan kreatifitasnya, dsb “Hal yang mudah dianggap sebagai sesuatu yang negative”,Mungkin
disatu sisi anggapan itu benar seperti contoh Siswa yang mencontek pekerjaan
temannya, Siswa yang cuma copy paste makalah dari Internet, dsb. Namun perlu
kita ingat di dalam filsafat jika kita langsung percaya dan meyakini kebenaran
akan suatu hal, maka sesungguhnya kita sudah termakan oleh MITOS. Perlu kita ingat segala hal selalu ada antithesisnya.
“Antithesis” merupakan lawan dari pola pikir yang sudah ada atau biasa kita
sebut “tesis” Dari pembahasan tersebut berarti terdapat pula antithesis dari
anggapan diatas yaitu . “Hal yang mudah
dianggap sebagai sesuatu yang positive”, contoh kasus : Seorang petani
mempunyai keluarga yang terdiri dari 1 orang istri dan 4 orang anak, petani
tersebut memiliki 3 lahan sawah, untuk menghemat pengeluaran, Pak Tani tersebut
mengolah sawahnya sendiri. Seiring berjalannya usia, anak-anak Pak Tani
bertambah besar, dan kebutuhan pun meningkat baik pangan,sandang, sekolah, dsb.
Namun termakan oleh usia, kemampuan fisik pak tani pun menurun. Dia sudah tidak
sanggup lagi mengolah 3 lahan sawah sekaligus. Akhirnya sebagian dari uang
simpanan pak tani membeli alat pembajak sawah modern. Dengan adanya alat itu pekerjaan
pak tani bisa lebih ringan, lebih cepat selesai dan pemasukanpun bertambah.
Ditinjau
dari kasus diatas, Pak petani memilih HAL
YANG MUDAH. Dibanding mencangkul, pak Tani memilih memakai alat modern yang
lebih cepat,efisien dan praktis. Disini coba kita cermati dari sisi
psikologisnya : apa pak tani tidak mempunyai semngat juang? Dia berjuang untuk
menghidupi keluarganya. Apa dia tidak cerdas? Dia cerdas karena bisa memahami
kondisi tubuhnya dan melakukan investasi properti yang baik. Apa dia tidak mau
berkembang? Dia berkembang dengan mengikuti zaman, memanfaatkan teknologi yang
ada.
Dari
pembahasan diatas berarti antithesis tersebut berlaku yakni HAL YANG MUDAH merupakan hal yang positive.
Sesuai perkembangan zaman yang berubah, kita harus bisa fleksibel dan
beradaptasi dengan lingkungan. Dengan zaman yang dituntut serba cepat, kita
diharuskan untuk menjadi pribadi yang cerdas, praktis, dan efisien supaya tidak
ketinggalan peluang yang ada.
- REFLEKSI PRIBADI
Pembahasan Bab II sebetulnya
merupakan bagian tersirat dari Perjalanan saya belajar Filsafat yang awalnya
menganggap filsafat itu aneh menjadi tertarik untuk belajar filsafat. Secara
keseluruhan pembahasan di Bab II menjawab pertanyaan saya sebelumnya. Apa itu Filsafat ? Filsafat merupakan
ilmu olah pikir, yang prinsip berpikirnya terdiri dari 2 macam seperti yang
dikatakan oleh Imanuel khan yaitu Prinsip Kontradiksi dan Hukum Identitas. “Apa sih yang mau kita pelajari?”
“Buku-bukunya ribet, tidak jelas” Sesungguhnya belajar filsafat itu sangat luas
dari yang ADA dan yang MUNGKIN ADA, materi yang kita pelajari
tak terhingga, tidak terbatas pada buku saja, namun juga alam semesta.“Ga ada hubungannya dengan matematika”
Ada, meskipun terdapat perbedaan, namun ada unsur yang sama dalam mataematika
dan filsafat yaitu aritmatika dan geometri.
Selain
itu dari belajar filsafat saya juga menyadari KETERBATASAN saya akan pengetahuan dan KETIDAKTAHUAN saya akan luasnya pengetahuan yang ada di dunia ini.
Dalam keterbatasan dan ketidaktahuan saya itu, saya memberanikan diri untuk
mengambil Hal Yang Sulit yakni untuk
terus belajar dan berusaha memahami apa itu filsafat. Dari adanya TESIS dan ANTITHESIS, saya menyadari bahwa sesungguhnya disunia ini itu
segala sesuatunya diciptakan seimbang. Ada yang baik dan ada yang buruk. Ada
putih, ada pula hitam. Maka kita sebagai manusia sebelum bertindak harus
berpikir terlebih dahulu, mempertimbangkan segala sesuatu dan segala
kemungkinan yang mungkin saja bisa terjadi.
Setelah saya menjalaninya, saya
mengakui bahwa saya tertarik akan filsafat dan mempelajarinya merupakan suatu
hal yang mengasyikkan, salah satunya adalah dengan membaca elegi. Dengan
membaca elegi filsafat, saya tidak hanya memperdalam ilmu pengetahuan saya,
namun juga spiritual saya. Bagaimana seharusnya bersikap yang baik sebagai
manusia yang soleh. Sebagai seorang hamba dan ciptaanNya.
Tak kenal maka tak sayang
merupakan judul makalah refleksi ini dan merupakan salah satu pepatah lama yang
ternyata memang benar adanya, seperti pada pengalaman saya yang sebelumnya tak
mengenal filsafat dan menganggap filsafat adalah ilmu yang aneh, yang kemudian
berusaha mengenal dan mempelajarinya, yang pada akhir nya menjadi tertarik dan
mendapatkan banyak ilmu baru, baik itu pengetahuan maupun spiritual. Semoga apa
yang saya pelajari selama satu semester ini berguan bagi kehidupan saya. Amiin.