Senin, 18 Januari 2016

Tak Kenal Maka Tak Sayang

Standard
 MAKALAH

Tak Kenal Maka Tak Sayang

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Filsafat Ilmu Pendidikan Matematika
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit, M. A.




 Disusun Oleh :
Ricky Antonius Leohani  (15709251048)



PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016

A.   PENDAHULUAN
Apa itu filsafat? Penting kah? Apa “sih” yang mau kita pelajari? Buku-bukunya ribet, memutarbalikkan fakta. Ga ada hubungannya deh sama matematika. Ilmu yang tidak penting. Yaa… itu adalah opini, ungkapan, dan pertanyaan yang ada di pikiran saya ketika akan belajar ilmu filsafat di UNY. Sejujurnya pada awalnya saya menganggap filsafat adalah salah satu ilmu yang kurang menarik karena tidak ada hubungannya dengan materi pendidikan matematika. Tapi.., benarkah itu semua?
Pertemuan perdana dalam perkuliahan filsafat sedikit memberikan warna yang berbeda dalam pandangan saya. Berawal dari cara unik masuknya Pak Dosen ke dalam kelas yang membawa filosofi pintu, kemudian gaya berbicara beliau yang lucu, kepercayaan diri yang tampak ketika beliau meminta  pertanyaan dari kami, dan cara beliau menjawab segala macam pertanyaan dari kami membuat saya merasa kagum kepada beliau. The first impression is awesome, saya menjadi tertarik untuk mengenal filsafat lebih dalam. Teringat nasihat  dosen saya S1 dulu,  Beliau mengatakan First impression kepada siswa sangatlah penting, karena hal itu akan mempengaruhi motivasi belajar siswa kedepannya. Buat lah siswa senang kepada mu (guru) terlebih dahulu, maka selanjutnya siswa akan senang terhadap pelajaranmu. Okaay…. That’s true!
Selama kurang lebih 4 bulan saya dan teman-teman berdinamika bersama dalam pembelajaran filsafat. Proses pembelajaran yang kami terima selalu dinamis, tampaknya beliau merupakan musuh dari monotonisme. Dalam pembelajaran yang kami alami, kami tidak hanya diajari bagaimana mensintesis suatu ide, namun juga diajari bagaimana memunculkan antithesis dari ide tersebut, sehingga pada akhirnya menjadi retorika dalam pikiran kami. Di setiap pertemuan kami selalu diminta untuk memberikan pertanyaan kepada beliau, dan yang saya amati topik pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin lama semakin berkembang , membahas hal-hal yang sebetulnya saya sadari namun tidak terpikir untuk ditanyakan. Nama beliau adalah Marsigit.
B.    REFLEKSI FILSAFAT
Filsafat… Apa itu filsafat? Filsafat adalah ilmu tentang pola pikir. Oh.. pola pikir..,terus apa yang dipikir? Sumber-sumbernya? Bagaimana logikanya? Menurut siapa? Kapan? Dimana? Bagaimana tatacaranya? Etiknya ? estetikanya? Jawabannya adalah apa saja, karena untuk filsafat sendiri sebetulnya terdiri dari 3 bagian, yakni ontology yang merupakan hakekat, epistomologi yang merupakan metodologi, dan estetika yang merupakan pemikiran kepantasan, benar atau salah, baik atau buruk. Sedangkan untuk materi belajarnya tidak terbatas, sebab materinya adalah segala hal yang berada dalam alam semesta. Disanalah ruang dan laboratoriumnya. Terkadang saking luasnya filsafat itu, manusia bisa kehilangan arah dan mendekati batas-batas spiritual mereka. Untuk itu dalam belajar filsafat, manusia harus mengokohkan kembali pagar spiritual mereka.
Menurut Immanuel Kant, Prinsip berpikir filsafat di dunia ada dua yakni Prinsip Kontradiksi yaitu predikat tidak akan pernah sama dengan subjeknya, sebagai contoh rambut hitam, sampai kapanpun hitam itu tidak akan sama dengan hitam. Sebab hitam adalah predikatnya dan rambut adalah subjeknya. Jika rambut adalah wadah, dan hitam adalah isi maka sebenar-benar hidup adalah interaksi antara wadah dan isi secara filsafat. Kemudian prinsip berikutnya adalah Hukum identitas. Coba kita lihat apakah A=A ? Mungkin jika kita lihat dari sudut pandang matematika jawabannya adalah YA tetapi dalam filsafat jawabannya TIDAK. Menurut filsafat A tersebut berbeda satu sama lain sehingga terdapat 2 A, A yang pertama yang duluan di ucapkan sedangkan A kedua yang diucapkan belakangan. Jadi A ≠ A karena berbeda ruang dan waktunya, sebab filsafat perduli akan ruang dan waktu.
Filsafat sendiri bukanlah suatu hal yang pasti dan jelas, bukan seperti matematika yang mempunyai 1 jawaban pasti. Ilmu matematika memproses bagaimana hal yang berantakan dan jelas menjadi sesuatu yang rigid dan jelas. Beda dengan ilmu filsafat yang mana merubah sesuatu yang sudah jelas menjadi hal yang abstrak dan tidak jelas. Maka dari itu dibutuhkan ketekunan dalam mempelajari ilmu filsafat.
Meskipun matematika berbeda dengan filsafat, namun bukan berarti tidak terdapat kesamaan antara matematika dan filsafat. Persamaan maatematika dan filsafat ini terletak dalam hal aritmatika dan geometri. Aritmatika adalah waktu dan geometri adalah ruang. Sedangkan yang lainnya  adalah gabungan atau kombinasinya saja. Menurut filsafat, matematika yang turun ke bumi menjadi program komputer. Hal ini mengingatkan saya ketika mempelajari makul pemrograman dulu ketika kuliah S1. Saya memakai program pascal. Terdapat banyak penggunaan rumus dan coding disana. Salah satunya ketika memakai program perulangan (Repeat..until…) A = A + 1, dimana program akan diulang terus sampai syarat until terpenuhi. Ini menunjukkan A diruas sebelah kiri berbeda dengan A diruas sebelah kanan, yang berarti dalam filsafat berbeda ruang dan waktunya. 
Setelah sedikit mengenal apa itu filsafat dan prinsip berpikirnya, kita akan mengenal objek filsafat. Objek filsafat terbagi menjadi dua yaitu yang ADA dan yang MUNGKIN ADA. Definisi ada dan mungkin ada sendiri sangat bergantung bagi siapa hal itu diperuntukkan. Ada bagi saya belum tentu ada bagi dirimu, ada ada bagi dirimu belum tentu ada bagi saya, ada ku bisa jadi mungkin ada bagimu, ada mu bisa jadi mungkin ada bagiku, dan bisa juga, ada untukku ada juga untuk dirimu. Contoh kenangan sedih si A, itu merupakan “HAL” yang ADA bagi Si A namun tidak ADA bagi Si B. Namun ketika Si A menceritakan kenangannya kepada si B, “HAL” tersebut menjadi ada bagi si B.
Manusia memang dilahirkan untuk tidak mengetahui semuanya, sebab dari KETIDAKTAHUAN itu lah tercipta kehidupan. Apabila manusia diberi anugrah mengetahui segalanya, maka manusia itu tidak akan bisa hidup.
BAYANGKAN jika manusia mengetahui kapan mereka akan menangis , apa yang akan membuat mereka menangis, kapan mereka mendapatkan kebahagiaan, apa yang akan membuat mereka bahagia. Apa hal itu akan menjadi “kesedihan” bagi mereka? apa hal tersebut masih bisa disebut “kebahagiaan” untuk mereka? Apa ini masih bisa disebut dengan “kehidupan”?
KETERBATASAN manusia dalam segala hal juga termasuk sebuah anugrah Tuhan untuk menikmati kehidupan. BAYANGKAN jika manusia bisa MENDENGAR semua frekuensi suara, manusia akan terganggu dengan berbagai bunyi yang seharusnya tidak mereka dengar, contoh frekuensi antenna semut, gelombang radio, gelombang jaringan telekomunikasi, dll. Apa bisa manusia menikmati kehidupannya? Apa itu masih bisa disebut dengan “hidup”?
Jadi untuk hidup dan menikmati kehidupannya, Manusia dianugrahi oleh TUHAN karunia KETIDAKTAHUAN dan KETERBATASAN. Manusia memang tidak sempurna dan tidak akan pernah menjadi sempurna, manusia hanya bisa berusaha untuk mencapai sempurna. Sebab pada dasarnya KESEMPURNAAN itu adalah milik Tuhan Yang Maha Esa.
Dari KETIDAKTAHUAN dan KETERBATASAN itu seringkali manusia dihadapkan kepada posisi dimana ia harus memilih mengambil HAL YANG SULIT atau HAL YANG MUDAH. Seringkali kita orang yang mengambil “HAL YANG MUDAH” dianggap orang yang suka mengambil jalan pintas, tidak mau berjuang , tidak mau berkembang, nyaman di zona aman, bodoh, motivasi kurang , dsb. Sedangkan orang yang lebih memilih HAL YANG SULIT  dianggap sebagai orang yang memiliki semangat juang tinggi, mau berkembang, cerdas, motivasi tinggi, mau meningkatkan kreatifitasnya, dsb “Hal yang mudah dianggap sebagai sesuatu yang negative”,Mungkin disatu sisi anggapan itu benar seperti contoh Siswa yang mencontek pekerjaan temannya, Siswa yang cuma copy paste makalah dari Internet, dsb. Namun perlu kita ingat di dalam filsafat jika kita langsung percaya dan meyakini kebenaran akan suatu hal, maka sesungguhnya kita sudah termakan oleh MITOS. Perlu kita ingat segala hal selalu ada antithesisnya. “Antithesis” merupakan lawan dari pola pikir yang sudah ada atau biasa kita sebut “tesis” Dari pembahasan tersebut berarti terdapat pula antithesis dari anggapan diatas yaitu . “Hal yang mudah dianggap sebagai sesuatu yang positive”, contoh kasus : Seorang petani mempunyai keluarga yang terdiri dari 1 orang istri dan 4 orang anak, petani tersebut memiliki 3 lahan sawah, untuk menghemat pengeluaran, Pak Tani tersebut mengolah sawahnya sendiri. Seiring berjalannya usia, anak-anak Pak Tani bertambah besar, dan kebutuhan pun meningkat baik pangan,sandang, sekolah, dsb. Namun termakan oleh usia, kemampuan fisik pak tani pun menurun. Dia sudah tidak sanggup lagi mengolah 3 lahan sawah sekaligus. Akhirnya sebagian dari uang simpanan pak tani membeli alat pembajak sawah modern. Dengan adanya alat itu pekerjaan pak tani bisa lebih ringan, lebih cepat selesai dan pemasukanpun bertambah.
Ditinjau dari kasus diatas, Pak petani memilih HAL YANG MUDAH. Dibanding mencangkul, pak Tani memilih memakai alat modern yang lebih cepat,efisien dan praktis. Disini coba kita cermati dari sisi psikologisnya : apa pak tani tidak mempunyai semngat juang? Dia berjuang untuk menghidupi keluarganya. Apa dia tidak cerdas? Dia cerdas karena bisa memahami kondisi tubuhnya dan melakukan investasi properti yang baik. Apa dia tidak mau berkembang? Dia berkembang dengan mengikuti zaman, memanfaatkan teknologi yang ada.
Dari pembahasan diatas berarti antithesis tersebut berlaku yakni HAL YANG MUDAH merupakan hal yang positive. Sesuai perkembangan zaman yang berubah, kita harus bisa fleksibel dan beradaptasi dengan lingkungan. Dengan zaman yang dituntut serba cepat, kita diharuskan untuk menjadi pribadi yang cerdas, praktis, dan efisien supaya tidak ketinggalan peluang yang ada.
  1. REFLEKSI PRIBADI
            Pembahasan Bab II sebetulnya merupakan bagian tersirat dari Perjalanan saya belajar Filsafat yang awalnya menganggap filsafat itu aneh menjadi tertarik untuk belajar filsafat. Secara keseluruhan pembahasan di Bab II menjawab pertanyaan saya sebelumnya. Apa itu Filsafat ? Filsafat merupakan ilmu olah pikir, yang prinsip berpikirnya terdiri dari 2 macam seperti yang dikatakan oleh Imanuel khan yaitu Prinsip Kontradiksi dan Hukum Identitas. “Apa sih yang mau kita pelajari?” “Buku-bukunya ribet, tidak jelas” Sesungguhnya belajar filsafat itu sangat luas dari yang ADA dan yang MUNGKIN ADA, materi yang kita pelajari tak terhingga, tidak terbatas pada buku saja, namun juga alam semesta.“Ga ada hubungannya dengan matematika” Ada, meskipun terdapat perbedaan, namun ada unsur yang sama dalam mataematika dan filsafat yaitu aritmatika dan geometri.
            Selain itu dari belajar filsafat saya juga menyadari KETERBATASAN saya akan pengetahuan dan KETIDAKTAHUAN saya akan luasnya pengetahuan yang ada di dunia ini. Dalam keterbatasan dan ketidaktahuan saya itu, saya memberanikan diri untuk mengambil Hal Yang Sulit yakni untuk terus belajar dan berusaha memahami apa itu filsafat. Dari adanya TESIS dan ANTITHESIS, saya menyadari bahwa sesungguhnya disunia ini itu segala sesuatunya diciptakan seimbang. Ada yang baik dan ada yang buruk. Ada putih, ada pula hitam. Maka kita sebagai manusia sebelum bertindak harus berpikir terlebih dahulu, mempertimbangkan segala sesuatu dan segala kemungkinan yang mungkin saja bisa terjadi.
            Setelah saya menjalaninya, saya mengakui bahwa saya tertarik akan filsafat dan mempelajarinya merupakan suatu hal yang mengasyikkan, salah satunya adalah dengan membaca elegi. Dengan membaca elegi filsafat, saya tidak hanya memperdalam ilmu pengetahuan saya, namun juga spiritual saya. Bagaimana seharusnya bersikap yang baik sebagai manusia yang soleh. Sebagai seorang hamba dan ciptaanNya.
Tak kenal maka tak sayang merupakan judul makalah refleksi ini dan merupakan salah satu pepatah lama yang ternyata memang benar adanya, seperti pada pengalaman saya yang sebelumnya tak mengenal filsafat dan menganggap filsafat adalah ilmu yang aneh, yang kemudian berusaha mengenal dan mempelajarinya, yang pada akhir nya menjadi tertarik dan mendapatkan banyak ilmu baru, baik itu pengetahuan maupun spiritual. Semoga apa yang saya pelajari selama satu semester ini berguan bagi kehidupan saya. Amiin.

0 komentar:

Posting Komentar