Senin, 28 September 2015

Rangkuman Metode Penelitian 3

Standard
Selasa 22 September 2015, dosen pangampu makul metode penelitian ibu. Dr. Heri Retnowati, M.Pd. memberikan kami tugas mencari 3 permasalahan yang mungkin terjadi didalam dunia pendidikan matematika. 

 Latar Belakang :
Mengembangkan Media Pembelajaran
Kenyataan
Harapan
Pandangan Siswa yang mengatakan bahwa matematika itu Sulit
Siswa menganggap matematika sesuatu yang menyenangkan
Hasil wawancara yang mengatakan bahwa minat siswa terhadap matematika kurang
Minat siswa terhadap matematika tinggi
Pembelajaran terlalu monoton/ membosankan bagi siswa
Pembelajaran yang mengasyikkan bagi siswa
Siswa tidak menyadari pentingnnya matematika dalam kehidupan sehari-hari
Siswa menyadari pentingnnya matematika dalam kehidupan sehari-hari
Solusi :
Mengembangkan model pembelajaran yang bisa menarik minat siswa, membuat mereka antusias untuk belajar

Latar Belakang :
Guru Matematika Idaman
Kenyataan
Harapan
Hasil tes yang menunjukkan prestasi belajar siswa untuk pelajaran matematikadibawah rata-rata
Prestasi belajar siswa tinggi
Guru tidak sabar ketika menjelaskan
Guru sabar ketika menjelaskan materi
Penjelasan guru yang berbelit belit sering membuat siswa bingung
Penjelasan guru simple dan tepat sasaran
Tidak suka guru, siswa tidak menyukai matematika
Siswa menyukai guru dan menyukai matematika
Guru tidak bisa menjawab pertanyaan siswa dengan baik
Guru bisa menjelaskan pertanyaan siswa dengan baik
Solusi :
Pelatihan untuk membentuk karakter guru yang disenangi siswa dan berkompeten.

Latar Belakang
Pemahaman Siswa terhadap Materi Segi Empat
Kenyataan
Harapan
Siswa tidak memahami konsep luas
Siswa memahami konsep Luas
Siswa tidak memahami konsep keliling
Siswa memahami konsep keliling
Siswa sulit membedakan macam-macam bangun segiempat
Siswa bisa membedakan macam-macam bangun segiempat
Siswa cenderung menghafal rumus, sehingga mengalami kesulitan terhadap soal-soal aplikasi / kontekstual
Siswa bisa mememecahkan permasalahan bangun segiempatyang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
Solusi :
Mengembangkan model pembelajaran yang menekankan pemahaman siswa terhadap konsep luas dan keliling sehingga siswa dapat memecahkan persoalan segiempat yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

Sabtu, 26 September 2015

REFLEKSI KULIAH FILSAFAT PERTEMUAN 3

Standard
Selasa, 22 September 2015
Pertemuan Filsafat Ilmu Ke-3
PPs PMat A
Pengampu : Prof. Marsigit., M.A
Tempat 305b

"Yang Mudah " dan "Yang Sulit"

             Berawal dari pertanyaan Bu Retno yakni mengapa siswa sekarang lebih cenderung memilih hal yang mudah? Segala sesuatu hal ingin instan dan cepat. Pertanyaan yang bagus untuk kita bahas dan kita cermati. Tanggapan Pak Marsigit memang saat ini kita mulai masuk kedalam budaya yang disebut dengan budaya instan. Berkembangnya pandangan yang mengatakan” Ada yang mudah mengapa cari yang sulit, Bisa dipermudah kenapa dipersulit?” membuat budaya instan ini makin diminati. Pak Marsigit membandingkan pandangan tersebut dengan anti thesisnya, yaitu “ Ada yang sulit mengapa dipermudah?, Bisa mengerjakan sesuatu yang sulit mengapa mengerjakan yang mudah?”. Kata–kata yang simple, mudah diucapkan, tapi sulit untuk dilaksanakan. Ditinjau dari sisi Psikologis pelakunya, kedua pandangan ini terdapat perbedaan :
Pandangan Pertama : Tidak mau berjuang , tidak mau berkembang, nyaman di zona aman, bodoh,motivasi kurang , dsb
Pandangan Kedua : Semangat juang tinggi, mau berkembang, cerdas, Motivasi tinggi, mau meningkatkan kreatifitasnya, dsb
               MENURUT SAYA: Dari perbandingan dua pandangan tersebut, memang ada benarnya jika pandangan kedua lebih baik dari pandangan pertama, seperti contoh : Siswa yang mencontek pekerjaan temannya, Siswa yang cuma copy paste makalah dari Internet, dsb.

              Ditinjau dari sisi lainnya, Saya membuat antithesisnya lagi yakni Pandangan pertama lebih baik dari pandangan kedua, contoh kasus : Seorang petani mempunyai keluarga yang terdiri dari 1 orang istri dan 4 orang anak, petani tersebut memiliki 3 lahan sawah, untuk menghemat pengeluaran, Pak Tani tersebut mengolah sawahnya sendiri. Seiring berjalannya usia, anak-anak Pak Tani bertambah besar, dan kebutuhan pun meningkat baik pangan,sandang, sekolah, dsb. Namun termakan oleh usia, kemampuan fisik pak tani pun menurun. Dia sudah tidak sanggup lagi mengolah 3 lahan sawah sekaligus. Akhirnya sebagian dari uang simpanan pak tani membeli alat pembajak sawah modern. Dengan adanya alat itu pekerjaan pak tani bisa lebih ringan, lebih cepat selesai dan pemasukanpun bertambah.

           Ditinjau dari kasus diatas, Pak petani memilih pandangan pertama, yakni “klo bisa dipermudah kenapa dipersulit?” Dibanding mencangkul, pak Tani memilih memakai alat modern yang lebih cepat,efisien dan praktis. Disini coba kita cermati dari sisi psikologisnya : apa pak tani tidak mempunyai semngat juang? Dia berjuang untuk menghidupi keluarganya. Apa dia tidak cerdas? Dia cerdas karena bisa memahami kondisi tubuhnya dan melakukan investasi properti yang baik. Apa dia tidak mau berkembang? Dia berkembang dengan mengikuti zaman, memanfaatkan teknologi yang ada.
             Dari pembahasan diatas berarti antithesis saya berlaku yakni pandangan pertama lebih baik dari pandangan kedua. Sesuai perkembangan zaman yang berubah, kita harus bisa fleksibel dan beradaptasi dengan lingkungan. Dengan zaman yang dituntut serba cepat, kita diharuskan untuk menjadi pribadi yang cerdas, praktis, dan efisien supaya tidak ketinggalan peluang yang ada. Contoh sederhana, Seorang pengusaha Indonesia mendapat proyek bernilai jutaan dolar di amerika, dalam jangka waktu 3 hari dia sudah harus ada disana untuk mempresentasikan rancangan proyeknya. Dia lebih memilih naik pesawat yang dalam jangka 1 hari sudah sampai di amerika daripada naik kapal.

            Bicara tentang perubahan, Pak Marsigit menjelaskan bahwa menurut filsafat segala sesuatu didunia ini mengalami perubahan tetapi juga ada yang tetap tidak berubah. Contoh:
Mengalami Perubahan : Berubah nama(penambahan gelar atau pangkat), berubah bentuk tubuh(pertumbuhandari anak-anak menuju dewasa), dsb
Yang tetap / tidak berubah : Jati diri kita sebgai ciptaan tuhan (dari lahir hingga mati nanti hakikat kita sebagai ciptaan Tuhan tidak pernah berubah),dll.
Karena mengalami 2 hal diatas kita bisa disebut hidup, sebab hidup itu adalah interaksi sesuatu yang tetap dengan yang berubah.

           Menanggapi perubahan-perubahan tersebut, kita juga harus berpikir kritis, banyak teori-teori yang berkembang mengenai perubahan, misalnya teori big bang dan evolusi Darwin. Pertanyaan yang muncul dibenak saya, “ Mengapa hal ini bisa diangkat dan disahkan sebagai suatu teori ,dianggap sebagai bagian dari pengetahuan padahal belum ada bukti konkretnya. Berbeda dengan Ilmu fisika yang banyak aplikasinya didalam kehidupan sehari-hari.” Pertanyaan saya ditanggapi oleh pak Marsigit, “ Teori bisa dikenal karena memang ditulis dan ada acuannya, dipublikasikan, ada sponsorship dan dihidup-hidupkan, kemudian ada manfaatnya.” Misalnya dalam teori big bang , dalam product tertentu teori ini bermanfaat namun ketika menyentuh level-level tertentu ketika menyentuh batas-batas agama kita harus meneguhkan keyakinan kita, sebab agama merupakan dogma atau suatu kesatuan yang tidak bisa diubah yang harus dilaksanakan. Kita juga harus ingat bahwa pada dasarnya teori-teori itu hanyalah buatan/ciptaan manusia saja. Menurut Pak Marsigit, dalam kasus-kasus tertentu seperti ini hal-hal tersebut cukup diterima sebagai pengetahuan saja.

SEKIAN refleksi saya, Semoga berguna. Terima Kasih.

Selasa, 22 September 2015

REFLEKSI KULIAH FILSAFAT PERTEMUAN 2

Standard
             Selasa, 15 September 2015 pada pukul 11.10 s.d. 12.50, Saya kembali mengikuti perkuliahan filsafat ilmu di ruang 305 B yang diampu Prof.Dr.Marsigit,M.A. Kali ini Beliau menjelaskan mengenai objek filsafat.  Objek filsafat terbagi menjadi dua yaitu yang ada dan yang mungkin ada. Beliau menanyakan kepada kita apa maksud dari yang mungkin ada. Beberapa mahasiswa menjawab maksudnya adalah yang belum terjadi dan belum pasti. Beliau menegaskan bahwa apa yang sudah disebutkan adalah beberapa dari satu milyar lebih dari sifat-sifat yang ada dari yang mungkin ada. Dan jika dipangkatkan lagi dengan satu milyar pun belum cukup untuk menjelaskan semuanya.

            Definisi ada dan mungkin ada sendiri sangat bergantung bagi siapa hal itu diperuntukkan.
1.  Ada bagi saya belum tentu ada bagi dirimu.
2.  Ada ada bagi dirimu belum tentu ada bagi saya.
3.  Ada ku bisa jadi mungkin ada bagimu.
4.  Ada mu bisa jadi mungkin ada bagiku.
Bisa juga,
5. Ada untukku ada juga untuk dirimu, contoh mata mata kuliah filsafat ada untuk kita para mahasiswa dan ada juga bagi Bapak Marsigit.
Contoh lainnya ialah tanggal lahir cucu Bapak Marsigit, itu merupakan “HAL” yang ADA bagi beliau namun tidak ADA bagi kami. Namun ketika Beliau memberitahu kami tanggal lahir cucunya, “HAL” tersebut menjadi ada bagi kami.

           Manusia memang dilahirkan untuk tidak mengetahui semuanya, sebab dari ketidaktahuan itu lah tercipta kehidupan. Apabila manusia diberi anugrah mengetahui segalanya, maka manusia itu tidak akan bisa hidup.
BAYANGKAN jika manusia mengetahui kapan mereka akan menangis , apa yang akan membuat mereka menangis, kapan mereka mendapatkan kebahagiaan, apa yang akan membuat mereka bahagia. Apa hal itu akan menjadi “kesedihan” bagi mereka? apa hal tersebut masih bisa disebut “kebahagiaan” untuk mereka? Apa ini masih bisa disebut dengan “kehidupan”?

           Keterbatasan manusia dalam segala hal juga termasuk sebuah anugrah Tuhan untuk menikmati kehidupan. BAYANGKAN jika manusia bisa MENDENGAR semua frekuensi suara, manusia akan terganggu dengan berbagai bunyi yang seharusnya tidak mereka dengar, contoh frekuensi antenna semut, gelombang radio, gelombang jaringan telekomunikasi, dll. Apa bisa manusia menikmati kehidupannya? Apa itu masih bisa disebut dengan “hidup”?
Jadi untuk hidup dan menikmati kehidupannya, Manusia dianugrahi oleh TUHAN karunia KETIDAKTAHUAN dan KETERBATASAN. Manusia memang tidak sempurna dan tidak akan pernah menjadi sempurna, manusia hanya bisa berusaha untuk mencapai sempurna. Sebab pada dasarnya KESEMPURNAAN itu adalah milik Tuhan Yang Maha Esa.

          Beliau menjelaskan prinsip berpikir di dunia ada dua macam menurut “Immanuel Kant” yaitu:
  1. Prinsip Kontradiksi yaitu predikat tidak akan pernah sama dengan subjeknya, sebagai contoh rambut hitam, sampai kapanpun hitam itu tidak akan sama dengan hitam. sebab hitam adalah predikatnya dan rambut adalah subjeknya. Karena kodratnya itulah manusia bisa hidup. Jika rambut adalah wadah, dan hitam adalah isi maka sebenar-benar hidup adalah interaksi antara wadah dan isi secara filsafat. Dan manusia tidak pernah bisa menyamai dengan namanya, Hanya Tuhan yang sama dengan namanya. 
  2. Hukum identitas. Apakah A=A ? Dalam matematika jawabannya adalah YA tetapi dalam filsafat jawabannya berbeda. Menurut filsafat terdapat 2 A, A yang pertama yang duluan di ucapkan sedangkan A kedua yang diucapkan belakangan. Jadi A ≠ A karena berbeda ruang dan waktunya, sebab filsafat perduli akan ruang dan waktu.
        Matematika di dalam filsafat hanya ada 2 yaitu aritmatika dan geometri. Aritmatika adalah waktu dan geometri adalah ruang. Sedangkan yang lainnya  adalah gabungan atau kombinasinya saja. Matematika yang turun ke bumi menjadi program komputer.
Hal ini mengingatkan saya ketika mempelajari makul pemrograman dulu ketika kuliah S1. Saya memakai program pascal. Terdapat banyak penggunaan rumus dan coding disana. Salah satunya ketika memakai program perulangan (Repeat..until…) A = A + 1, dimana program akan diulang terus sampai syarat until terpenuhi. Ini menunjukkan A diruas sebelah kiri berbeda dengan A diruas sebelah kanan, yang berarti dalam filsafat berbeda ruang dan waktunya. 

Sekian Refleksi saya, apabila ada  kekurangan mohon kritik dan sarannya dikolom komentar.
Terima kasih

Senin, 21 September 2015

Rangkuman Metode Penelitian 2

Standard
Permasalahan Apa Saja yang Dihadapi dalam Bidang Pendidikan Matematika (lanjutan) :

Rangkuman kali ini merupakan rangkuman hasil bahasan materi minggu lalu beserta perbaikannya :
1. Guru
  • Kurikulum yang diatur oleh pemerintah membuat guru kaku dalam mengajar
  • Kepribadian/kompetensi guru yang kurang memadai menyebabkan kurangnya  kinerja guru
  • Permasalahan ekonomi yang mengharuskan guru bekerja bukan karena panggilan nurani menyebabkan guru tidak mampu menyiapkan diri untuk mengajar dengan baik
  • Kurang bervariasi dalam menyiapkan metode pembelajaran
  • Kurangnya motivasi dalam diri guru
  • Kurangnya pelatihan yang diberikan kepada guru
2. Siswa                                                                  
  • Ketertarika terhadap guru karena dari berbagai aspek seperi, cara mengajar guru atau karakter guru itu sendiri
  • Pembelajaran yang monoton menyebabkan anak kurang tertarik dengan pelajaran
  • Matematika dianggap sulit karena rumus-rumus yang dianggap banyak
  • Siswa belum memahami materi prasyarat, sehingga sulit untuk memahami materi berikutnya
  • Pemahaman buku yang kurang karena materi yang terlalu abstrak
  • Penerapan waktu lima hari kerja membuat siswa kurang konsentrasi
  • Kemampuan siswa yang variatif, yang kurang pintar merasa minder yang disebabkan dari berbagai faktor seperti (orangtua, lingkungan)
  • Fasilitas yang dimiliki siswa kurang sehingga tidak menunjang kegiatan belajar siswa
  • Jadwal belajar khusus MIPA yang sesuai dengan kondisi berpikir siswa
  • Perjuangan yang kurang sehingga menyebabkan rasa malas dan kurang tertarik  karena tidak sesuai dengan cita-cita anak
  • Kecemasan ketika ujian karena kurangnya persiapan atau pemahaman terhadap materi
  • Kondisi tubuh menyebabkan kondisi fisik dan kurangnya konsentrasi siswa dalam  mengikuti pelajaran.
  • Kecanduan game, computer atau internet sehingga pendidikan diabaikan
3. Kepala sekolah
  • Kepala sekolah kurang memonitori kegiatan sekolah disebabkan karena jadwal yang  padat
  • Pengetahuan IT yang kurang
  • Kurangnya pelatihan kepemimpinan bagi kepala sekolah
  • Niat menjadi kepala sekolah karena ekonomi dan status sosial, ini hanya berlaku jika dalam perekrutan kepala sekolah tidak menggunakan prosedur yang ada
  • Pengelolaan dana sekolah kurang optimal
  • Manajemen kepemimpinan kurang memadai
  • Sosialisasi atau hubungan dengan guru-guru kurang sehat
4. Dinas pendidikan
  • Evaluasi pelatihan yang diselenggarakan dinas tidak merata
  • Pelatihan kurang efektif baik tempat maupun waktu
  • Kurang monitoring, hanya melaksanakan tugas
  • Pemerataan dana pendidikan
  • Dana pemerintah tidak 100% diterima, daya serap 100% tetapi tidak sesuai dengan alokasinya  
  • Sistem Pelayanan administrasi
5. Orang tua
  • Biaya pendidikan
  • Fasilitas untuk anak kurang memadai
  • Wawasan orang tua yang minim menyebabkan anak kurang mendapat pendidikan melalui orangtua
  • Tuntutan terhadap anak untuk mengikuti apa yang mereka mau
  • Komunkasi yang tidak lancar karena kesibukan orang tua
  • Tidak ada keteladanan yang ditunjukkan pada anak
  • Pola pemilihan sekolah yang tidak tepat menyebabkan anak kurang bersemangat
  • Orang tua kurang peka terhadap kebutuhan siswa
Kemudian beberapa faktor  lagi yang kami bahas dalam diskusi ini terkait pendidikan matematika, yaitu:

6. Lingkungan :
  • Kurangnya sarana dan prasana
  • Suasana akademis yang tidak memungkinkan untuk belajar
  • Suasana hijau yang kurang
7. Matematika
  • Soal yang diberikan tidak sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari
  • Pola pikir bahwa rumus matematika tidak untuk dihafal tapi untuk dipahami
  • Kurangnya pemahaman ilmu dasar matematika
  • Materi yang diberikan tidak sesuai dengan tingkat penalaran siswa
  • Tingkat kesulitan soal
  • Konsep belum diketahui manfaatnya
  • Matematika simbolik
  • Materi padat, menghafal