Validitas Dan Realibilitas
Selasa 27 Oktober 2015, dosen pangampu makul metode penelitian ibu. Dr. Heri Retnowati,
M.Pd. menjelaskan kepada kami mengenai validitas dan realibilitas.
A.
Validitas
1. Definisi
Linn & Gronlund
(1995) menjelaskan validitas mengacu pada kecukupan dan kelayakan interpretasi
yang dibuat dari penilaian, berkenaan dengan penggunaan khusus. Pendapat ini
diperkuat
oleh
Messick (1989) bahwa validitas merupakan kebijakan evaluatif yang terintegrasi
tentang sejauhmana fakta empiris dan alasan teoretis mendukung kecukupan dan
kesesuaian inferensi dan tindakan berdasarkan skor tes. Berdasarkan beberapa
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa validitas akan menunjukkan dukungan
fakta empiris dan alasan teoretis terhadap terhadap interpretasi skor tes, dan
terkait dengan kecermatan pengukuran.
2. Kriteria Validitas
Validitas
itu dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu :
(1)
validitas kriteria (criterion related),
Validitas berdasarkan kriteria
dibedakan menjadi dua, yaitu validitas prediktif dan validitas konkuren.
Validitas berdasarkan kriteria dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan sejauh
mana tes memprediksi kemampuan peserta di masa mendatang (predictive validity)
atau mengestimasi kemampuan dengan alat ukur lain dengan tenggang waktu yang
hampir bersamaan (concurrent validity) (Fernandes ,1984).
(2)
validitas isi
Validitas isi suatu instrumen adalah
sejauhmana butir-butir dalam instrumen itu mewakili komponen-komponen dalam
keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur dan sejauh mana butir-butir
itu mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (Nunnally, 1978;Fernandes,
1984). Sedangkan menurut Tuckhman dalam wagiran (2014) validitas isi
berarti juga menunjukan seberapa baik isi dari tes mewakili situasi dari subjek
dimana kesimpulan akan dibuat.
(3)
validitas konstruk.
validitas yang menunjukkan
sejauhmana instrumen mengungkap suatu kemampuan atau konstruk teoretis tertentu
yang hendak diukurnya (Nunnally, 1978, Fernandes, 1984)
Prosedur validasi konstruk diawali dari suatu identifikasi
dan batasan mengenai variabel yang hendak diukur dan dinyatakan dalam bentuk
konstruk logis berdasarkan teori mengenai variabel tersebut. Dari teori ini
ditarik suatu konskuensi praktis mengenai hasil pengukuran pada kondisi
tertentu, dan konskuensi inilah yang akan diuji. Apabila hasilnya sesuai dengan
harapan maka instrumen itu dianggap memiliki validitas konstruk yang baik.
B.
Reliabilitas
Mehrens & Lehman dalam Heri
(2014) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan derajat keajengan (Consinstency)
diantara dua buah hasi pengukuran pada objek yang sama. Reliabilitas ditunjukan
dengan angka atau koefisien. Semakin tinggi koefisien menunjukan semakin tinggi
reliabilitas dan menunjukan kesalahan varian minimum.
Reliabilitas suatu tes pada
umumnya diekspresikan secara numerik dalam bentuk koefisien yang besarnya -1
> 0> +1. Koefisien tinggi menunjukkan reliabilitas tinggi. Sebaliknya,
jika koefisien suatu tes rendah maka reliabilitas tes rendah. Jika suatu
reliabilitas sempurna, berarti tes tersebut mempunyai koefisien +1 atau -1.
Estimasi reliabilitas tes yang
dapat dilakukan dengan dua cara, baik konsistensi eksternal dan maupun
konsistensi internalnya. Pengukuran Konsistensi Eksternal Reliabilitas
eksternal diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan yang berbeda, baik
dari instrument yang berbeda maupun yang sama. Ada dua cara untuk estimasi
reliabilitas eksternal suatu instrument yaitu dengan teknik ulang dan teknik
paralel.
1. Estimasi Reliabel Eksternal.
a) Metode Tes Ulang
Estimasi reliabilitas dengan
pendekatan tes-retes akan menghasilkan koefisien stabilitas. Untuk memperoleh
koefisien reliabilitas melalui pendekatan tes-retes dapat dilakukan dengan
menghitung koefisien korelasi linier antara distribusi skor subjek pada
pemberian tes pertama dengan skor subjek pada pemberian skor kedua.
b)
Metode Bentuk Paralel (Equivalen)
Tes paralel atau tes equivalent
adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan
susunan tetapi butir-butir soalnya berbeda, dalam istilah bahasa Inggris
disebut alternate-forms method (parallel forms). Dalam menggunakan
metode tes paralel pengetes harus menyiapkan dua buah tes, dan masing-masing
dicobakan kepada sekelompok siswa yang sama. Penggunaan metode ini baik karena
siswa dihadapkan kepada dua macam tes sehingga tidak ada faktor “ masih
ingat-ingat soalnya” yang dalam evaluasi disebut adanya practice-effect- dan
carry-over-effect. Artinya ada faktor yang dibawa oleh pengikut tes
karena sudah mengerjakan soal tersebut.
Kelemahan dari metode ini adalah
bahwa pengetes pekerjaannya berat karena harus menyusun dua seri tes. Lagipula
harus tersedia waktu yang lama untuk mencobakan dua kali tes. Mengenai
pertanyaan bagaimana proses melaksanakan tes reliabilitas secara ekivalen?
Berikut ini akan ditunjukkan beberapa langkah-langkah tersebut diantaranya
adalah sebagai berikut:
1) Menentukan subjek
sasaran yang hendak di tes
2) Melakukan tes yang dimaksud
kepada sasaran subjek yang dimaksud
3) Diadministrasi dengan
baik
4) Dalam waktu yang tidak
begitu lama melakukan tes yang kedua pada kelompok tersebut.
5) Mengkorelasikan antara
kedua skor tes tersebut.
Jika hasil koefisien ekivalen
tinggi, berarti tes memiliki reliabilitas ekivalen baik. Sebaliknya, jika
ternyata koefesien rendah maka reliabilitas ekivalen tes adalah rendah.
Reliabilitas ekivalen merupakn salah satu bentuk yang diterima dan umum dipakai
penelitian terutama penelitian pendidikan.
2.
Pengukuran Konsistensi Internal
Reliabilitas internal diperoleh
dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan. Pemilihan suatu teknik didasarkan atas bentuk instrument atau
selera peneliti. Kadang-kadang penggunaan
teknik yang berbeda menghasilkan indeks reliabilitas yang berbeda pula. Hal ini wajar saja karena
kadang-kadang dipengaruhi oleh sifat atau karakteristik datanya sehingga dalam perhitungan diperoleh angka berbeda sebagai
akibat pembulatan angka. Namun
demikian, untuk beberapa teknik diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu sehingga peneliti tidak
begitu saja memilih teknik-teknik tersebut.
Beberapa metode yang dapat
digunakan untuk mencari besarnya reliabilitas antara lain adalah :
a. Metode Belah Dua (Split Half Method)
Dalam teknik belah dua ini, dalam
pengetesan hanya menggunakan satu tes yang dicobakan satu kali kepada sejumlah
subjek (sample). Item-item pada tes dibagi dua. Skor dari setengah
item-item tes pada bagian yang pertama dikorelasikan dengan skor setengah
item-item tes pada bagian yang kedua. Mencari reliabilitas dengan menggunakan
teknik belah dua sekurangkurangnya ada dua persyaratan yang harus dipenuhi,
yaitu :
1) Banyaknya butir
pertanyaan atau butir soal dalam instrument harus genap agar dapat dibelah
2) Antara belahan pertama
dengan belahan kedua harus seimbang.
Belahan instrument dikatakan
seimbang jika jumlah butir pertanyaannya sama dan pertanyaan tersebut
mengungkap aspek yang sama. Untuk memperoleh belahan yang seimbang, peneliti
harus membuat pertanyaan dalam jumlah genap untuk setiap aspek atau factor.
Dengan demikian, letak butir dapat disebar sedemikian rupa agar kalau dalam
analisis data akan melakukan pembelahan sudah diketahui dengan pasti manakah
pasangan-pasangan butir pertanyaannya. Itulah sebabnya perencanaan penelitian
harus terpadu dalam memperhatikan tabel, pembuatan instrument, uji coba,
pengujian reliabilitas, analisis data, dsb.
Cara pembelahan ini dapat
menghindari kemungkinan terjadinya pengelompokan item-item tertentu kedalam
salah satu belahan saja. Ada beberapa pengujian reliabilitas dengan metode
belah dua, antara lain:
1) Rumus Spearman-Brown
Dengan:
ri
= Reliabilitas Internal seluruh instrumen.
rb
= Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.
2). Rumus Flanagan
Dengan:
r11
= Reliabilitas Instrumen
v1
= varians belahan pertama
v2
= Varians belahan kedua
vt
= Varians skor total
3) Rumus Rulon
Dengan:
r11
= Reliabilitas Instrumen
vd
= varians beda
d
= skor belahan awal dikurang skor pada belahan akhir
vt
= Varians skor total
4). Rumus KR. 20 (Kuder-Richardson 20)
Dengan:
r11
= Reliabilitas Instrumen
pi
= Proporsional banyaknya subjek yang menjawab pada item 1
k
= Jumlah item dalam instrumen
s2t
= Varians skor total
qi
= 1- pi
5) Rumus Kr 21
Dengan:
r11
= Reliabilitas Instrumen
M
= mean skor total
k
= Jumlah item dalam instrumen
s2t
= Varians skor total
b)
Metode Non Belah Dua
Perhitungan dengan instrumen non dikotomis dapat dilakukan
dengan menggunakan
kaidah Cronbach Alpa. Rumus
koefisien Alpa adalah sebagai berikut:
Dengan:
r11
= Reliabilitas Instrumen
k
= Jumlah item dalam instrumen
2t
= Varians skor total
t
= Varians total
Sumber :
Sumber :
Retnawati, Heri. Reliabilitas. Pendidikan Matematika
FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
Wagiran, (2014), Metodologi
Penelitian Pendidikan (teori dan implementasi), Yogyakarta: Deepublish
0 komentar:
Posting Komentar