Definisi
ada dan mungkin ada sendiri sangat bergantung bagi siapa hal itu diperuntukkan.
1. Ada
bagi saya belum tentu ada bagi dirimu.
2. Ada
ada bagi dirimu belum tentu ada bagi saya.
3. Ada
ku bisa jadi mungkin ada bagimu.
4. Ada
mu bisa jadi mungkin ada bagiku.
Bisa
juga,
5.
Ada untukku ada juga untuk dirimu, contoh mata mata kuliah filsafat ada untuk
kita para mahasiswa dan ada juga bagi Bapak Marsigit.
Contoh
lainnya ialah tanggal lahir cucu Bapak Marsigit, itu merupakan “HAL” yang ADA bagi beliau namun tidak ADA
bagi kami. Namun ketika Beliau memberitahu kami tanggal lahir cucunya, “HAL” tersebut menjadi ada bagi kami.
Manusia
memang dilahirkan untuk tidak mengetahui semuanya, sebab dari ketidaktahuan itu
lah tercipta kehidupan. Apabila manusia diberi anugrah mengetahui segalanya,
maka manusia itu tidak akan bisa hidup.
BAYANGKAN jika manusia
mengetahui kapan mereka akan menangis , apa yang akan membuat mereka menangis,
kapan mereka mendapatkan kebahagiaan, apa yang akan membuat mereka bahagia. Apa
hal itu akan menjadi “kesedihan”
bagi mereka? apa hal tersebut masih bisa disebut “kebahagiaan” untuk mereka? Apa ini masih bisa disebut dengan “kehidupan”?
Keterbatasan
manusia dalam segala hal juga termasuk sebuah anugrah Tuhan untuk menikmati
kehidupan. BAYANGKAN jika manusia bisa
MENDENGAR semua frekuensi suara,
manusia akan terganggu dengan berbagai bunyi yang seharusnya tidak mereka
dengar, contoh frekuensi antenna semut, gelombang radio, gelombang jaringan
telekomunikasi, dll. Apa bisa manusia menikmati kehidupannya? Apa itu masih
bisa disebut dengan “hidup”?
Jadi
untuk hidup dan menikmati kehidupannya, Manusia dianugrahi oleh TUHAN karunia KETIDAKTAHUAN dan KETERBATASAN. Manusia memang tidak sempurna dan tidak akan pernah
menjadi sempurna, manusia hanya bisa berusaha untuk mencapai sempurna. Sebab
pada dasarnya KESEMPURNAAN itu
adalah milik Tuhan Yang Maha Esa.
Beliau menjelaskan prinsip berpikir di
dunia ada dua macam menurut “Immanuel Kant” yaitu:
- Prinsip Kontradiksi yaitu predikat tidak akan pernah sama dengan subjeknya, sebagai contoh rambut hitam, sampai kapanpun hitam itu tidak akan sama dengan hitam. sebab hitam adalah predikatnya dan rambut adalah subjeknya. Karena kodratnya itulah manusia bisa hidup. Jika rambut adalah wadah, dan hitam adalah isi maka sebenar-benar hidup adalah interaksi antara wadah dan isi secara filsafat. Dan manusia tidak pernah bisa menyamai dengan namanya, Hanya Tuhan yang sama dengan namanya.
- Hukum identitas. Apakah A=A ? Dalam matematika jawabannya adalah YA tetapi dalam filsafat jawabannya berbeda. Menurut filsafat terdapat 2 A, A yang pertama yang duluan di ucapkan sedangkan A kedua yang diucapkan belakangan. Jadi A ≠ A karena berbeda ruang dan waktunya, sebab filsafat perduli akan ruang dan waktu.
Matematika di dalam filsafat
hanya ada 2 yaitu aritmatika dan geometri. Aritmatika adalah waktu dan geometri
adalah ruang. Sedangkan yang lainnya
adalah gabungan atau kombinasinya saja. Matematika yang turun ke bumi
menjadi program komputer.
Hal ini mengingatkan
saya ketika mempelajari makul pemrograman dulu ketika kuliah S1. Saya memakai
program pascal. Terdapat banyak penggunaan rumus dan coding disana. Salah
satunya ketika memakai program perulangan (Repeat..until…) A = A + 1, dimana
program akan diulang terus sampai syarat until terpenuhi. Ini menunjukkan A
diruas sebelah kiri berbeda dengan A diruas sebelah kanan, yang berarti dalam
filsafat berbeda ruang dan waktunya.
Sekian
Refleksi saya, apabila ada kekurangan
mohon kritik dan sarannya dikolom komentar.
Terima
kasih
Okay good
BalasHapus